SUARABMI.COM - Seorang
TKW OS sebut saja namanya Mawar, 47 tahun asal Ngawi, Jawa Timur kini
hanya dapat menangis pilu sendirian di Rumah Sakit Queen Elizabeth,
Jordan. Kawan-kawan yang telah dianggap saudara, justru menghilang
begitu tahu Mawar divonis positif mengidap virus HIV/AIDS.
"Sudah menghilang semua, ndak ada yang datang lagi, blas," kata Mawar sebagaimana dilansir suara BMI dari Koran Suara, Senin, 28/1/2019. Matanya menatap kosong ke depan, lalu tersedu sendiri.
Mawar yang berstatus overstay sejak 2015 ini tak pernah menduga sahabat-sahabatnya mendadak menghilang satu persatu saat tahu kondisi TKW OS tersebut.
Sejak berstatus overstay, Mawar memilih mengais rejeki sebagai wanita malam di Wan Chai bersama beberapa TKW OS lainnya.
Untuk
mengirit biaya hidup, mereka menyewa sebuah flat bersama-sama dan hidup
bagaikan saudara. Sama-sama tak bisa pulang. Sama-sama mengais rejeki
sebagai wanita malam demi menghidupi keluarga di Tanah Air.
Sama-sama
memasang senyum manis dengan bodi seksi meski harga diri teriris-iris.
Foto-foto glamor kehidupan malam menghiasi akun facebook Mawar. Tujuh
susuk penarik pelanggan juga dipasang di wajahnya untuk menaikkan daya
saing.
[ads-post]
"Dulu setelah 8 tahun, dan diterminit majikan, temanku bilang ndak usahlah cari majikan lagi, sudah capek kita kelamaan mbabu, enakan hidup di luar, cuma ndak iso pulang," kata Mawar.
Bersama sang teman, Mawar belajar cara mengajukan permohonan torture claimer alias jadi anak paper. Bersama beberapa teman yang lain pula, Mawar memantapkan diri menjadi wanita malam.
[ads-post]
"Dulu setelah 8 tahun, dan diterminit majikan, temanku bilang ndak usahlah cari majikan lagi, sudah capek kita kelamaan mbabu, enakan hidup di luar, cuma ndak iso pulang," kata Mawar.
Bersama sang teman, Mawar belajar cara mengajukan permohonan torture claimer alias jadi anak paper. Bersama beberapa teman yang lain pula, Mawar memantapkan diri menjadi wanita malam.
Mereka
hidup berkelompok saling bahu-membahu menghadapi persaingan yang keras
merayu pelanggan. Tinggal dan hidup bersama bagaikan saudara.
Semua itu berubah sejak 26 Desember 2018. Mawar yang telah ringkih, mendadak ambruk pingsan di flatnya. Teman-teman satu flat semula ramai mengunjunginya di Rumah Sakit Rutonjee.
Semua itu berubah sejak 26 Desember 2018. Mawar yang telah ringkih, mendadak ambruk pingsan di flatnya. Teman-teman satu flat semula ramai mengunjunginya di Rumah Sakit Rutonjee.
Mawar
terkena radang paru-paru alias pneumonia, kata dokter. Wajar saja,
sekarang musim dingin dan Mawar yang tak lagi muda ini kerap beredar di
bar sampai fajar menjelang. Tapi setelah 2 minggu, kok tidak
sembuh-sembuh?
Diam-diam, Mawar menyimpan ketakutan. Sang mantan pacar yang berkebangsaan Jerman baru saja meninggal dunia karena HIV/AIDS. “Apakah diriku juga…?,” bisik Mawar diam-diam.
Akhirnya dokter membenarkan vonis itu. Mawar positif HIV/AIDS, dan virus mulai menyebar ke otaknya. Mawar yang semula hidup gemerlap dengan baju seksi dan sepatu hak tinggi, kini tergeletak tinggal kulit pembalut tulang.
Setiap hari dia harus menelan 9 butir obat. Belum lagi menahan sakit luar biasa saat dokter mengambil contoh cairan dari tulang belakangnya. Beberapa kali dia mulai menceracau sendiri. Beberapa kali harus masuk ruang isolasi karena virus HIV merontokkan daya tahan tubuhnya.
Tapi sakit yang paling sakit malah datang dari para sahabat. Mereka mendadak hilang, tak berani lagi mendekat. Mawar yang biasa dipanggil ‘Mami’, sekarang bagaikan orang asing di mata teman-temannya. Mereka yang pernah ditolongnya, kini memandang sebelah mata pun tak sudi.
Nasi sudah menjadi bubur. Tapi harus menyalahkan siapa? Beberapa kali Mawar histeris sendiri. Beberapa kali Mawar berusaha mencabut jarum infus di tangannya.
Diam-diam, Mawar menyimpan ketakutan. Sang mantan pacar yang berkebangsaan Jerman baru saja meninggal dunia karena HIV/AIDS. “Apakah diriku juga…?,” bisik Mawar diam-diam.
Akhirnya dokter membenarkan vonis itu. Mawar positif HIV/AIDS, dan virus mulai menyebar ke otaknya. Mawar yang semula hidup gemerlap dengan baju seksi dan sepatu hak tinggi, kini tergeletak tinggal kulit pembalut tulang.
Setiap hari dia harus menelan 9 butir obat. Belum lagi menahan sakit luar biasa saat dokter mengambil contoh cairan dari tulang belakangnya. Beberapa kali dia mulai menceracau sendiri. Beberapa kali harus masuk ruang isolasi karena virus HIV merontokkan daya tahan tubuhnya.
Tapi sakit yang paling sakit malah datang dari para sahabat. Mereka mendadak hilang, tak berani lagi mendekat. Mawar yang biasa dipanggil ‘Mami’, sekarang bagaikan orang asing di mata teman-temannya. Mereka yang pernah ditolongnya, kini memandang sebelah mata pun tak sudi.
Nasi sudah menjadi bubur. Tapi harus menyalahkan siapa? Beberapa kali Mawar histeris sendiri. Beberapa kali Mawar berusaha mencabut jarum infus di tangannya.
Kondisi
Mawar semakin parah membuat dokter memindahkannya ke Rumah Sakit Queen
Elizabeth. Kini tinggal menunggu waktu. Keluarga sudah dikabari dan akan
segera datang menjenguk untuk mengucapkan selamat tinggal. “Doain aku iso waras, yo Mbak…doain yo…,” bisik Mawar tersedu.