Dapat Majikan Jahat, 6 Tahun Tak Dikasih Libur, Tak Boleh Pakai HP, Kerja Tak Sesuai Job Hingga Gaji Ditahan NT$170.000, TKW Indonesia di Taiwan Ini T
Selama lebih dari 6 tahun TKW tersebut tidak diberi libur, ia digaji lebih rendah dari standarnya yaitu hanya NT$15.000 saja, padahal kontrak terbaru sudah NT$17.000 belum termasuk lembur dan gajinya pun sering dipotong sangat besar karena kesalahan kecil.
TKW tersebut mengungkap semua kejadian itu dalam persidangan dan jaksa penuntut yang membelanya mengatakan kalau majikan dan putrinya telah melanggar peraturan pencegahan perdagangan manusia.
[post_ads]
Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, istri Chen (60 tahun) dan putri Shi (38 tahun) mempekerjakan TKW Indonesia melalui agensi dengan alasan merawat ibu Chen pada 16 Agustus 2012.
Chen dan Shi langsung menahan paspor, izin tinggal, dan buku paspor TKW tersebut begitu ia tiba. Mereka juga meminta untuk tidak menggunakan ponsel, dan memerintahkannya untuk bekerja di perusahaan yang dioperasikan oleh Shi dari hari Senin hingga Jumat.
Pada hari Sabtu dan Minggu, dia juga harus mengurus keluarga Shi sebagai pengasuh anak-anak, membersihkan rumah dan mencuci pakaian, dia juga wajib membersihkan kotoran serta memandikan anjing-anjing majikan.
Jaksa penuntut menemukan bahwa Chen dan Shi memerintahkannya untuk bekerja 15 sampai 17 jam sehari, tanpa liburan sepanjang tahun, dan gaji bulanan hanya NT$15.000. Shi juga menolak untuk membayar tunai, dengan dalih akan menyetorkan gaji bulanannya ke rekening tersebut.
Hingga Mei 2015, dia ingin kembali ke Indonesia di akhir masa kerjanya. Namun, Shi memotong gajinya sebesar lebih dari 170.000 yuan dan memerintahkannya untuk kembali ke Taiwan untuk terus bekerja.
Belakangan, HPnya pun disita, dan Chen tetap menyuruh bekerja penuh waktu, menjadi babysitter dan pembersih, serta hanya bisa berhubungan dengan anggota keluarga Indonesia setiap dua atau tiga bulan.
Awalnya dia kembali ke Taiwan hanya untuk mengambil gajinya. Meskipun eksploitasi jangka panjang di Taiwan, dia mengertakkan gigi dan bertahan selama lebih dari 6 tahun.
Pada 2018, dia tidak tahan dan menyerahkan catatan kejahatan majikannya kepada pekerja migran dari Indonesia lainnya ketika dia keluar untuk buang sampah pada 2018. Kemudian, polisi Keelung melaporkan seluruh kasusnya.
[post_ads_2]
Ketika JPU mendengar dari Jaksa, Shi dan Chen hanya mengakui bahwa mereka mempekerjakan TKI sebagai pengasuh, tetapi sebenarnya mereka ingin dia bekerja di perusahaan, bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan bekerja dari jam 7 pagi hingga 9 malam setiap hari.
Tidak ada pembayaran uang tetap ke rekeningnya. Di bagian lain, mereka semua membantah kejahatan perdagangan manusia dan eksploitasi tenaga kerja, dengan alasan bahwa pekerja migran perempuanlah yang memberinya semua dokumen seperti paspor dan ARC agar tidak hilang.
Agensi lain juga bersaksi bahwa dia pernah ke tempat kerja migran, tetapi tidak pernah melihatnya merawat ibu Chen; Badan Pengembangan Tenaga Kerja juga menerima pengaduan dari pekerja migran perempuan setelah itu, menyatakan bahwa dia telah dibatasi dalam kebebasan komunikasi, tidak punya liburan, dan ditahan karena dokumen.
Shi dan Chen dinyatakan melanggar Pasal 32, paragraf 2 dari Undang-Undang Pencegahan Perdagangan Manusia untuk mendapatkan keuntungan dan menggunakan pengekangan uang atau gaji yang tidak semestinya.
Kini majikan harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan dan TKW yang tak disebutkan namanya itu akan mendapat semua hak - haknya kembali. Jangan takut untuk mencari bukti jika kamu disalah gunakan.
sumber: udn
COMMENTS